Pemaknaanlain disampaikan Ibnu Katsir di tafsir Tafsir Al-Qur'an Al-'Adzim dalam Surat al-Insyirah ayat 5 dan 6 dimana makna yang ditekankan lebih pada aspek kebahasaannya. Kata al-'usr (العسر) pada ayat tersebut disebutkan dalam bentuk mufrad (tunggal) yang ditanidai dengan adanya kata al (ال) pada kata tersebut dan menjadikan Hasil pencarian tentang Tafsir+Ibnu+Katsir yang dimaksud oleh mereka adalah Al Walid Ibnu Mughirah di Mekah, atau Urwah ibnu Mas'ud Ats Tsaqafi Sebagian ahli tafsir ada yang mengatakan bahwa lafal Illaa di sini bermakna Ba'da, yakni sesudah. melihat sebelas bintang, matahari dan bulan, tunduk dan bersujud di hadapanku." 1 Lihat catatan kaki tafsir ingatlah ketika Kami berikan kepada Musa Alkitab yakni kitab Taurat dan pemisah merupakan 'athaf tafsir petunjuk, bila tidak mengetahui jalan yang harus ditempuh dan tersesat1. 1 Lihat catatan kaki pada tafsir mereka, tatkala para utusan Allah datang untuk menyampaikan petunjuk kebenaran. 1 Beberapa pakar tafsir orang-orang yang telah diberi ilmu pengetahuan dari kalangan sahabat Nabi saw. antara lain adalah Ibnu...Masud dan Ibnu Abbas mereka mengatakan kepadanya dengan nada sinis dan mengejek, "Apakah yang "1 1 Lihat catatan kaki tafsir ayat 27, surat al-Mu'minûn. "1. 1 Pada edisi bahasa Arab, tafsir ayat ini hanya berhenti sampai ". . . di akhir malam." Ibnu Abbas mengatakan, "Saya tidak mengetahui tentang apa yang terjadi dengan golongan yang bersikap...Hakim telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa golongan tersebut ikut pula melakukannya dan bahkan takjub "1 1 Lihat catatan kaki tafsir ayat 65 surat al-A'râf. Lihat catatan kaki tafsir surat al-A'râf, ayat 73. kepadamu hai Muhammad ayat-ayat yang jelas atau terang, menjadi 'hal' sebagai sanggahan terhadap ucapan Ibnu Allah, maka sesungguhnya Allah Maha Memberi balasan atas perbuatan mereka 1. 1 Lihat catatan kaki tafsir kepada mereka kecuali dengan susah-payah1. 1 Dua gunung yang mengapit dinding yang disebut dalam tafsir anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu seperti Abdullah ibnu Salam dan pengikut-pengikutnya yang beriman kepada Muhammad, maka sesungguhnya Demikianlah menurut pendapat yang telah dikemukakan oleh Ibnu Abbas tempat tinggal mereka dengan muka tertelungkup, tidak bergerak sedikit pun1. 1 Lihat catatan kaki tafsir Ayat ini diturunkan sewaktu Ibnu Zaba'ri mengatakan, bahwa penyembah Uzair, Al Masih dan para Malaikat Dan ingatlah ketika Isa ibnu Maryam berkata "Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah Orang yang dimaksud dalam ayat ini adalah Walid ibnu Mughirah atau lainnya. suatu masalah, yaitu bahwa Nabi saw. pada suatu hari menaiki keledai kendaraannya, lalu ia melewati Ibnu...Ketika melewatinya tiba-tiba keledai yang dinaikinya itu kencing, lalu Ibnu Ubay menutup hidungnya, maka...berkatalah Ibnu Rawwahah kepadanya, "Demi Allah, sungguh bau kencing keledainya jauh lebih wangi daripada Ketika Nabi saw. melakukan salat jenazah atas kematian Ibnu Ubay pemimpin orang-orang munafik, maka ini diturunkan berkenaan dengan segolongan orang-orang Yahudi yang masuk Islam; antara lain; Abdullah ibnu al-Qur'ân menafsirkan ayat yang lain" al-Qur'ân yufassiru ba'dluhu ba'dlan, yang dikenal di kalangan ahli tafsir sesuatu yang telah mati dari alam kuburnya1. 1 Untuk komentar atas ayat ini, lihat catatan kaki tafsir Ibnu Masud mengatakan, bahwa siksaan tambahan itu berupa kelabang-kelabang yang taringnya bagaikan Kata Ibnu Salam, "Sesungguhnya ketika aku melihatnya, maka aku pun segera mengenalnya, sebagaimana aku yang pernah pelakunya mendapat ancaman seperti membunuh, berzina, mencuri dan lain-lain yang menurut Ibnu
AlIshlah │ Tafsir Ibnu Katsir merupakan kitab paling penting dan paling agung yang pernah ditulis dalam manafsiri kitab suci al-Qur'an dan paling banyak diterima dan tersebar di tengah umat ini. Penulisnya telah menghabiskan waktu yang sangat lama untuk menyusunnya. Tidak mengherankan jika penafsiran beliau sangat kaya dengan riwayat (baik hadits maupun atsar), bahkan hampir seluruh hadits
Dalam menempuh kehidupan, manusia akan selalu menemui berbagai problem dan kesibukan, baik mengenai pekerjaan, aktivitas, cinta, dan lain sebagainya. Selayaknya tali yang memiliki banyak ikatan, masalah-masalah itu kadang berkumpul dalam satu waktu yang seringkali membuat diri kita stres dan lelah dalam menjalani kehidupan. Sehubungan dengan persolan kehidupan ini, al-Qur’an ikut andil membicarakannya dalam Surat ini merupakan surat Makiyah akhir yang turun menjelang Nabi Muhammad hijrah ke Madinah. Pembahasan ayat ini dibagi dalam tiga bagian. Kelompok pertama, atau pada ayat 1-4, membahas seputar beban hidup dan berbagai kesusahannya. Bagian kedua, ayat 5 dan 6 yang memuat tentang bagaimana pembanding antara kesusahan dan kemudahan. Dan yang ketiga, ayat 7 dan 8 memuat sikap yang diambil dalam menjalani Quraish Shihab dalam tafsir Al-Misbah menjelaskan bahwa surat al-Insyirah ini turun sebagai penenang bagi Nabi Muhammad. Digambarkan bahwa pada saat itu Nabi sedang memikul beban yang sangat berat, walaupun tidak secara tekstual Al-Qur’an menguraikan beban tersebut, Quraish Shihab dalam penafsirannya menganalisa beberapa beban yang sedang dipikul oleh wafatnya istri beliau Sayyidah Khadijah dan paman beliau Abu Thalib. Kedua, beratnya wahyu Al-Qur’an yang beliau terima. Dan ketiga, kondisi masyarakat Arab Jahiliyyah di Mekkah yang menentang dan melakukan tipu-daya kepada dakwah Islam Nabi antara ketiga hal tersebut, Prof. Quraish lebih condong kepada poin ketiga dimana Nabi merasakan beban psikologis yang diakibatkan keadaan umat yang diyakini beliau berada dalam jurang kebinasaan, dan Nabi Muhammad belum dapat menemukan solusi yang tepat untuk hal tersebut. Hal ini diungkapkan Quraish Shihab dalam penafsiran Al-Insyirah ayat ini berbeda dengan yang diungkapkan oleh Fakhruddin Ar-Razy dalam Tafsir Kabir-nya yang mengungkapkan bahwa masalah yang sedang membebani Nabi adalah mengenai kefakiran beliau perihal harta yang dijadikan bahan penolakan dan ejekan oleh kaum Jahililiyyah Mekkah. Karena itu Ar-Razy pada penafsiran berikutnya, ayat 5 dan 6, mengartikan bahwa kata yusran يسرا sebagai dunia dan dan harta merupakan bagian dari dunia, karena itu hendaknya Nabi tidak perlu terlalu memikirkanknya, karena kesusahan Nabi di dunia akan berbuah di akhirat lain disampaikan Ibnu Katsir di tafsir Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim dalam Surat al-Insyirah ayat 5 dan 6 dimana makna yang ditekankan lebih pada aspek kebahasaannya. Kata al-usr العسر pada ayat tersebut disebutkan dalam bentuk mufrad tunggal yang ditanidai dengan adanya kata al ال pada kata tersebut dan menjadikan makna satu kesulitanSementara itu, kata yusran يسرا dibentuk dengan model nakirah yang memiliki makna banyak atau umum sehingga menjadikan maknanya kemudahan yang banyak atau kemudahan yang tidak terbatas. Dari sini bisa diambil pemahaman bahwa satu hal yang berat atau kesusahan dalam hidup tidak dapat dibandingkan dengan berbagai kemudahan dan keringanan yang telah atau akan bagian ketiga, yakni bagian ayat 7 dan 8 para mufasir memiliki berbagai pendapat. Fakhruddin Ar-Razi mengungkapkan bahwa yang dimaksud pada kedua ayat tersebut adalah perihal ibadah, dengan pengertian bahwa jika kita telah melaksanakan ibadah semisal sholat, maka dipersilahkan untuk melakukan hal lain, contohnya tersebut sedikit berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Ibnu Katsir yang memaknai ayat tersebut dengan pengertian jika seorang hamba telah selesai mengerjakan segala gemerlap duniawi maka lalu beribadahlah dengan niat ikhlas dan begitu, tafsir Prof Quraish cukup unik untuk ditilik dalam melihat kedua ayat terakhir Surat Al-Insyirah ini. Beliau mengungkapkan bahwa kedua ayat tersebut justru memberi anjuran kepada umat muslim untuk menyeimbangkan antara usaha yang sungguh-sungguh dan berdoa kepada Sang Pencipta. Ayat 7 dimaknai Prof. Quraish sebagai anjuran kepada umat muslim untuk selalu memiliki kesibukan dan tidak menyia-nyiakan waktunya. Bila telah menyelesaikan suatu pekerjaan, maka harus melaksanakan pekerjaan lainnya yang belum ayat 8 dimaknai sebagai doa kepada Allah sebagai pelengkap dan satu kesatuan dari usaha yang dilakukan pada ayat sebelumnya. Kedua ayat terakhir ini menjadi pertanda bahwa usaha harus didahulukan terlebih dahulu, setelah itu barulah mencurahkan harapan kepada Allah. Usaha dan doa harus selalu menjadi pegangan oleh manusia, karena betapapun kuatnya potensi yang dimiliki manusia akan selalu memiliki batas. Hanya harapan kepada Tuhan-lah yang dapat menjadikan manusia bertahan menghadapai dilema kehidupan yang kadang begitu pahit Al-Insyirah ini dapat dipahami beberapa poin penting, dimana dalam kehidupan manusia pasti mengalami berbagai problem kehidupan. Namun juga perlu disadari bahwa bersamaan dengan datangnya kesulitan dalam hidup, pasti ada kemudahan yang selalu mengimbanginya, dengan cara menyelesaikan satu persatu permasalahan tersebut. Seperti tali yang ikatannya rumit, tidak akan bisa dilepas jika tidak diurai satu persatu. Setelah melakukan usaha yang sebaik mungkin langkah berikutnya adalah berdoa kepada Sang Pemberi Kehidupan agar diberi kehidupan dan hasil yang lebih baik.
TerjemahSurat Al Qadar Ayat 1-5. 1. Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) Ibnu Katsir berkata, "Banyak para malaikat yang turun pada malam ini karena banyak keberkahannya, dan para malaikat turun bersamaan turunnya berkah dan rahmat, sebagaimana mereka turun pula ketika Al Qur'an dibaca, (turun) mengelilingi majlis dzikr dan tafsir ibnu katsir via yang tidak tahu Ibnu Katsir? Ibnu Katsir merupakan penulis tafsir Qur'an yang terkenal yang bernama Tafsir Ibnu Katsir. Ismail bin Katsir adalah seorang pemikir dan ulama Muslim. Namanya lebih dikenal sebagai Ibnu Katsir. Beliau lahir pada tahun 1301 M di Busra, Suriah dan wafat pada tahun 1372 M di Damaskus, Ibnu Katsir merupakan kitab paling penting yang ditulis dalam masalah tafsir al-Qur’an al-Azim, paling banyak diterima dan tersebar di tengah umat kini, tafsir Ibnu Katsir Alquran al-Karim sebanyak 10 jilid ini masih menjadi bahan rujukan dalam dunia ini, kami akan menyampaikan tentang tafsir Ibnu Katsir surat Al-Maidah ayat 8. Berikut Juga Mengambil Makna Tersembunyi Tafsir Surah Ad Duha agar Kita Selalu BersyukurAsbabun Nuzul Surat Al-Maidah Ayat 8 Hukum Keadilan dan Kebenaran Tafsir Ibnu Katsirilustrasi al maidah ayat 8 via budiman, seiring do'a semoga Rahmat serta bimbinganNya selalu menyertai kita dalam segala aktivitas di dunia ini, untuk semata menghambakan diri yang memerintahkan kepada orang mukmin agar melaksanakan amal dan pekejaan mereka dengan cermat, jujur dan bijaksana serta penuh keikhlasan semata karena Allah. Baik amalan yang berkaitan dengan urusan agama, maupun urusan pekerjaan yang berkait dengan keduniawian. Karena hanya dengan jalan tersebut mereka bisa sukses dan memperoleh hasil atau balasan yang mereka Al-Maidah ayat 8 berkaitan dengan persaksian dalam hukum, mereka harus adil menempatkannya apa yang memandang siapa orangya sekalipun di hatimu ada kebencian dengan suatu kaum sehingga mendorong kamu tidak berlaku الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُونُوا۟ قَوّٰمِينَ لِلَّـهِ شُهَدَآءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَـَٔانُ قَوْمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعْدِلُوا۟ ۚ اعْدِلُوا۟ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا۟ اللَّـهَ ۚ إِنَّ اللَّـهَ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ ﴿المائدة٨ "Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adil itu, lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan". QS, Al-Maidah ayat 8Sebab turunnya ayat tersebut, berkenaan dengan diri Usman bin Thalhah bin Abu Thalhah ketika terjadi peristiwa Fathu Makkah Penaklukan Makkah. Nama asli Abu Thalhah ayah Usman ini ialah Abdullah bin Abdul Uzza bin Usman Abdid Daar bin Qusyai bin Kilab al-Quraisy merupakan juru kunci hajib yang mulia. Menurut Ibnu Katsir, sebab turun ayat ini adalah ketika Rasullah saw. Meminta kunci Ka'bah darinya Usman sewaktu penaklukan Mekkah lalu menyerahkannya kembali kepadanya. Dan kisah selanjutnya Ali bin Abu Thalib juga memohon kepada Nabi saw. agar kunci diserakan kepadanya. Namun Nabi saw. menyerahkan kepada Usman bin Thalhah bin Abu pula Ibnu Marduwaih meriwayatkan dari jalan Thoriq Al-Kalabi dari Abu Sholih dari Ibnu Abbas, ketika terjadi Fathu Mekkah Rasulullah saw. Memanggil Usman bin Thalhah bin abi Thalhah untuk menyerahkan kunci Ka'bah. Ketika Usman bin Thalhah hendak menyerahkan kunci tersebut, Abbas berdiri kemudian berkata kepada Rasul agar menyerahkan kunci itu kepada Ali bin Abi perkataan Abbas tersebut, Usman bin Thalhah urung menyerahkan kunci tersebut kepada Rasullah saw. Lantas Rasulullah meninta kembali kepada Usman ketika Usman hendak menyerahkannya. Abbas kembali berdiri dan berkata seperti perkataan semula. Usman-pun urung menyerahkan kunci tersebut. Kejadian ini berulang sampai tiga saw. bersabda "Hai Usman, jika kamu beriman kepada Allah dan hari akhir, serahkanlah kunci itu kepadaku". Mendengar Rasulullah berkata demikian, Usman pun menyerahkan kunci tersebut. Setelah Rasulullah menerima kunci tersebut, Rasul masuk ke dalam Ka'bah dan melihat gambar Nabi Ibrahim. Rasulullah meninta air dan membersihkan gambar tersebut. Setelah itu beliau melakukan thawaf, namun baru sekitar stau atau dua putaran malaikat Jibril turun dan menyampaikan ayat tersebut."QS, Al-Maidah ayat 8.يٰٓأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُونُوا۟ قَوّٰمِينَ لِلَّـهِMaksudnya adalah jadilah kalian sebagai penegak kebenaran karena Allah Swt. Bukan karena manusia atau mencari popularitas. Dan jadilah kalian "menjadi saksi dengan adil" maksudnya secara adil dan bukan secara tegakkanlah kebenaran, keadilan itu terhadap orang lain meskipun kamu adalah dengan menyuruh mereka melakukan yang ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar, dalam rangka mencari ridha Allah Swt.ilustrasi keadilan via ashohihain telah ditegaskan dari Nu'man bin Basyir "Ayahku pernah memberiku suatu pemberian, lalu Ibuku Amrah binti Rawhah, berkata "aku tidak rela sehingga engkau mempersaksikan pemberian itu kepada Rasullah saw. Kemudian ia ayahku mendatangi Rasullah saw. dan meminta beliau menjadi saksi atas sedekahku itu. maka beliaupun bersabda " Apakah setiap anakmu engkau beri hadiah seperti itu juga? "tidak" jawabnya, maka Rasullah saw. bersabda "Sesungguhnya aku tidak mau bersaksi atas suatu ketidakadilan". Kemudian ayahku pulang dan menarik kembali pemberian بِالْقِسْطِAsy-syahadah kesaksian disini yang dimaksud meyatakan kebenaran kepada Hakim, supaya diputuskan hukum berdasarkan kebenaran itu. Atau hakim itulah yang menyatakan kebenaran dengan memutuskan atau mengakuinya bagi yang melakukan dasarnya ialah berlaku adil tampa berat sebelah, baik terhadap orang yang disaksikan maupun peristiwa yang disaksikan, tak boleh berat sebelah, baik karena kerabat, harta ataupun pangkat, dan tak boleh meninggalkan keadilan, dikarenakan kefakiran atau keadilan adalah neraca kebenaran. Sebab manakala terjadi ketidakadilan pada suatu umat, apaun sebabnya, maka akan lenyap kepercayaan umum, dan tersebarlah berbagai macam kerusakan dan terpecah belahlah segala hubungan dalam lama Allah Swt. pasti akan menimpakan atas umat itu, termasuk beberapa hamba-Nya yang paling dekat kepada keadilan sekalipun, tetapi tetap ikut merasakan bencana dan hukuman Tuhan. Dan begitulah Sunattullah, baik terhadap bangsa-bangsa sekarang maupun bangsa bangsa terdahulu. Tetapi manusia rupanya tak mau mengerti. وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَـَٔانُ قَوْمٍ عَلَىٰٓ أَلَّا تَعْدِلُوDan janganlah permusuhan dan kebencian kamu terhadap suatu kaum mendorongmu untuk bersikap tidak adil terhadap mereka. Jadi terhadap merekapun, kaum yang kamu benci sekali-pun, harus tetap memberikan kesaksian sesuatu hak yang patut mereka terima apabila mereka memang patut menerimanya. Dan putuskanlan mereka dengan kebenaran/ orang mukmin pasti mengutamakan keadilan daripada berlaku aniaya dan berat sebelah. Keadilan harus ditempatkan di atas hawa nafsu dan kepentingan-kepentingan pribadi, golongan, dan di atas rasa cinta dan permusuhan, apapun هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىKalimat ini merupakan penguat dari kalimat sebelumnya, karena sangat pentingnya soal keadilan untuk diperhatikan. Karena keadilan itulah yang lebih dekat kepada taqwa, dan terhindar dari murka-Nya. Adalah termasuk dalam katagori fi'lut tafdhil, yaitu pada kedudukan di tempat yang tidak ada perbandingannya seperti yang ada dalam firman Allah Swt berikut أَصْحٰبُ الْجَنَّةِ يَوْمَئِذٍ خَيْرٌ مُّسْتَقَرًّا وَأَحْسَنُ مَقِيلًا ﴿الفرقان٢٤"Para penghuni surga pada hari itu paling baik tempat tinggalnya dan paling indah tempat istirahatnya". QS Al-Furqaan 24Baca Juga Kandungan Doa Dalam Surah Al Insyirah, yang Jauh Jadi Dekat, yang Sulit Jadi MudahDemikian tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Maidah Ayat 8. Ayat tersebut memiliki makna yang berat untuk suatu penjelasan di atas bermanfaat dan meningkatkan keimanan kita. islam TafsirAl Quran Al Karim, Terjemahan Al Quran Bahasa Indonesia, Asbabun Nuzul Al Quran, Tafsir Surat dan Ayat Al Quran, Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Jalalain, Tafsir Imam Syafi'i. Tafsir Surat al Insyirah ayat 1-8 | Tafsir Jalalain Tafsir Surat al-Insyirah ayat 1

Tafsir Ibnu Katsir Surah An-Nisaa’ ayat 166-170 Tafsir Al-Qur’an Surah An-Nisaa’ Wanita Surah Madaniyyah; surah ke 4 176 ayat “Mereka tidak mau mengakui yang diturunkan kepadamu itu, tetapi Allah mengakui Al-Qur’an yang diturunkan-Nya kepadamu. Allah menurunkannya dengan ilmu-Nya; dan malaikat-malaikat pun menjadi saksi pula. Cukuplah Allah menjadi saksi. Sesung­guhnya orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi manu­sia dari jalan Allah benar-benar telah sesat sejauh-jauhnya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan melakukan kezaliman, Allah sekali-kali tidak akan mengampuni dosa mereka dan ti­dak pula akan menunjukkan jalan kepada mereka, kecuali jalan ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Dan yang de­mikian itu adalah mudah bagi Allah. Wahai manusia, sesungguh­nya telah datang Rasul Muhammad itu kepada kalian dengan membawakebenaran dari Tuhan kalian, maka berimanlah kalian, itulah yang lebih baik bagi kalian. Dan jika kalian kafir, maka kekafiran itu tidak merugikan sedikit pun kepada Allah karena sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah, Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.” An-Nisaa’ ayat 166-170 Mengingat firman Allah Swt. yang mengatakan {إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ} Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu. An-Nisa 163 Sampai dengan konteks ini hadis menetapkan kenabian Nabi Muham­mad Saw. dan membantah orang-orang yang ingkar kepada kenabian­nya dari kalangan kaum musyrik dan Ahli Kitab. Maka dalam ayat ini Allah Swt. berfirman {لَكِنِ اللَّهُ يَشْهَدُ بِمَا أَنزلَ إِلَيْكَ} Tetapi Allah mengakui Al-Qur’an yang diturunkan-Nya kepada­mu. An-Nisa 166 Yakni sekalipun orang-orang yang kafir kepada Al-Qur’an menging­karinya, mereka dari kalangan orang-orang yang mendustakanmu dan menentangmu. Maka Allah tetap mengakui bahwa engkau adalah utusan-Nya yang diturunkan kepadanya Al-Kilab, yakni Al-Our’an yang agung. {لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَلا مِنْ خَلْفِهِ تَنزيلٌ مِنْ حَكِيمٍ حَمِيدٍ} Yang tidak datang kepadanya Al-Qur’an kebatilan, baik aari depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Mahabijaksana lagi Maha Terpuji. Fushshilat 42 Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan {أَنزلَهُ بِعِلْمِهِ} Allah menurunkannya dengan ilmu-Nya. An-Nisa 166 Dengan pengetahuan-Nya yang hendak memperlihatkan kepada ham­ba-hamba-Nya akan Al-Qur’an yang di dalamnya terkandung kete­rangan-keterangan, hidayah, pemisah antara yang hak dan yang batil, hal-hal yang disukai dan diridai Allah, dan hal-hal yang dibenci dan ditolak-Nya. Di dalam Al-Qur’an terkandung ilmu tentang hal-hal yang gaib menyangkut masalah yang terjadi di masa silam dan masa mendatang. Di dalamnya disebutkan juga sifat-sifat Allah Swt. Yang Mahasuci yang tidak diketahui oleh nabi yang diutus, tidak pula oleh malaikat terdekat, kecuali bila diberi tahu oleh Allah Swt. sendiri. Seperti pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya {وَلا يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِنْ عِلْمِهِ إِلا بِمَا شَاءَ} dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah, melain­kan apa yang dikehendaki-Nya. Al-Baqarah 255 Dan dalam ayat yang lainnya, yaitu firman-Nya {وَلا يُحِيطُونَ بِهِ عِلْمًا} sedangkan ilmu mereka tidak dapat meliputi ilmu-Nya. Thaha 110 Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Suhail Al-Ja’fari dan Abdullah ibnul Mubarak; keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Imran ibnu Uyaynah, telah menceritakan kepada kami Ata ibnus Saib yang mengatakan bahwa Abu Abdur Rahman As-Sulami membacakan Al-Qur’an kepadanya. Tersebutlah bahwa apabila seseorang di antara kami membacakan Al-Qur’an ke­padanya, ia Ata ibnus Saib selalu mengatakan, “Sesungguhnya ka­mu telah mengambil ilmu Allah, maka pada hari ini tidak ada seorang pun yang lebih utama daripada kamu kecuali dengan amal perbuat­an.” Kemudian ia membacakan firman-Nya {أَنزلَهُ بِعِلْمِهِ وَالْمَلائِكَةُ يَشْهَدُونَ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا} Allah menurunkannya dengan ilmu-Nya; dan malaikat-malaikat pun menjadi saksi pula. Cukuplah Allah menjadi saksi. An-Nisa 166 ******* Adapun firman Allah Swt. {وَالْمَلائِكَةُ يَشْهَدُونَ} dan malaikat-malaikat pun menjadi saksi pula. An-Nisa 166 Yaitu atas kebenaran apa yang disampaikan olehmu dan apa yang di­wahyukan kepadamu serta kitab yang diturunkan kepadamu disertai dengan pengakuan Allah atas hal tersebut. {وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا} Cukuplah Allah menjadi saksi. An-Nisa 166 قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ، عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي مُحَمَّدٍ، عَنْ عِكْرِمَةَ أَوْ سَعِيدِ بْنِ جُبَير، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ دَخَلَ عَلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جماعةٌ مِنَ الْيَهُودِ، فَقَالَ لَهُمْ “إِنِّي لَأَعْلَمُ -وَاللَّهِ-إِنَّكُمْ لَتَعْلَمُونِ أَنِّي رَسُولُ اللَّهِ”. فَقَالُوا مَا نَعْلَمُ ذَلِكَ. فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ {لَكِنِ اللَّهُ يَشْهَدُ بِمَا أَنزلَ إِلَيْكَ أَنزلَهُ بِعِلْمِهِ} Muhammad ibnu Ishaq meriwayatkan dari Muhammad ibnu Abu Mu­hammad, dari Ikrimah atau Sa’id ibnu Jubair, dari ibnu Abbas yang menceritakan bahwa segolongan orang-orang Yahudi masuk menemui Rasulullah Saw., lalu Rasulullah Saw. bersabda kepada mereka Sesungguhnya aku benar-benar mengetahui, demi Allah, sesung­guhnya kalian ini benar-benar mengetahui bahwa aku adalah utusan Allah. Maka mereka menjawab, “Kami tidak mengetahui hal tersebut.” Ke­mudian Allah menurunkan firman-Nya Tetapi Allah mengakui Al-Qur’an yang diturunkan-Nya kepada­mu. Allah menurunkannya dengan ilmu-Nya.An-Nisa 166, hingga akhir ayat. ******* Adapun firman Allah Swt. {إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ قَدْ ضَلُّوا ضَلالا بَعِيدًا} Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi manusia dari jalan Allah benar-benar telah sesat sejauh-jauh­nya. An-Nisa 167 Mereka kafir dan tidak mau mengikuti perkara yang hak, bahkan me­reka berupaya menghalang-halangi manusia untuk mengikuti dan me­nuruti jejak perkara yang hak. Mereka benar-benar telah keluar dari jalan yang benar, sesat darinya, dan jauh dari perkara yang hak, jauh yang amat mencolok. Selanjutnya Allah Swt. memberitahukan perihal keputusan-Nya terhadap orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat-Nya, Kitab, dan Rasul-Nya, yaitu mereka yang menganiaya diri sendiri karena hal ter­sebut; juga karena menghalang-halangi manusia dari jalan-Nya, me­ngerjakan perbuatan-perbuatan yang berdosa, dan melanggar hal-hal yang diharamkan-Nya. Dia tidak akan memberikan ampunan kepada mereka. {وَلا لِيَهْدِيَهُمْ طَرِيقًا} dan tidak pula akan menunjukkan jalan kepada mereka. An-Nisa 168 Yakni jalan kebaikan. {إِلا طَرِيقَ جَهَنَّمَ} kecuali jalan ke neraka Jahannam. An-Nisa 169 Istisna dalam ayat ini bersifat munqati’. {خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا } mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. An-Nisa 169, hingga akhir ayat. ** Selanjutnya Allah Swt. berfirman {يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الرَّسُولُ بِالْحَقِّ مِنْ رَبِّكُمْ فَآمِنُوا خَيْرًا لَكُمْ} Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul Muhammad itu kepada kalian dengan membawa kebenaran dari Tuhan ka­lian, maka berimanlah kalian, itulah yang lebih baik bagi kalian. An-Nisa 170 Telah datang Nabi Muhammad Saw. kepada kalian dengan membawa hidayah, agama yang hak, dan keterangan yang memuaskan dari Allah Swt Karena itu, berimanlah kalian kepada apa yang didatang­kannya kepada kalian dan ikutilah dia, niscaya hal itu baik bagi kali­an. * Kemudian Allah Swt. berfirman {وَإِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ} Dan jika kalian kafir, maka kekafiran itu tidak merugikan sedi­kit pun kepada Allah, karena sesungguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah. An-Nisa 170 Dengan kata lain, Dia tidak memerlukan kalian dan iman kalian, dan Dia tidak terkena mudarat karena kekafiran kalian. Perihalnya sama dengan makna ayat lain, yaitu firman-Nya {وَقَالَ مُوسَى إِنْ تَكْفُرُوا أَنْتُمْ وَمَنْ فِي الأرْضِ جَمِيعًا فَإِنَّ اللَّهَ لَغَنِيٌّ حَمِيدٌ} Dan Musa berkata, “Jika kalian dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya kafir, maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji.Ibrahim 8 Dalam firman selanjutnya disebutkan {وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا} Dan adalah Allah Maha Mengetahui. An-Nisa 170 terhadap orang yang berhak memperoleh hidayah dari kalian, maka Dia memberinya hidayah, dan terhadap orang yang berhak mendapat kesesatan, lalu Dia menyesatkannya. {حَكِيمًا} lagi Mahabijaksana. An-Nisa 170 Yaitu dalam semua ucapan, perbuatan, syariat dan takdir-Nya. Tag166-170, 4, agama islam, Al-qur'an, an-nisa', an-Nisaa', annisa’, ayat, bahasa indonesia, ibnu katsir, islam, religion, surah, surat, tafsir, tafsir alquran, tafsir ibnu katsir

Qatadahsaid, "Allah raised his fame in this life and in the Hereafter. There is no one who gives a sermon, declares the Testimony of Faith (Shahadah), or prays a prayer (Salah) except that he proclaims it: I bear witness that there is no God worthy of worship except Allah, and that Muhammad is the Messenger of Allah." Ease after Difficulty.

Surat Al Insyirah merupakan surat ke-94 dalam Al Quran yang terdiri dari 8 ayat. Surat ini diturunkan di Mekah pada masa awal-awal kenabian Rasulullah SAW. Dalam surat ini, Allah SWT memberikan kebahagiaan dan kelegaan kepada Nabi Muhammad SAW yang merasa sedih dan gelisah karena tanggung jawab kenabian yang begitu besar. Makna Surat Al Insyirah Secara etimologi, kata insyirah berasal dari kata syaraha yang berarti membuka atau mengembangkan. Oleh karena itu, Surat Al Insyirah membawa makna membuka hati dan jiwa Nabi Muhammad SAW dari kesedihan dan kegelisahan yang dirasakannya. Selain itu, surat ini juga mengandung makna kelegaan, harapan, dan penghiburan bagi umat Islam. Isi Surat Al Insyirah Surat Al Insyirah terdiri dari 8 ayat yang keseluruhannya berisi tentang kebahagiaan, kelegaan, dan penghiburan. Ayat pertama dan kedua menceritakan tentang Allah SWT yang telah membuka hati dan jiwa Nabi Muhammad SAW dari kesedihan dan kegelisahan. Ayat ketiga dan keempat mengajarkan tentang pentingnya bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang diberikan-Nya. Ayat kelima dan keenam mengandung pesan tentang pentingnya berdoa dan memohon kepada Allah SWT ketika mengalami kesulitan dan kesedihan. Ayat ketujuh dan kedelapan mengajarkan tentang pentingnya berusaha dan tidak putus asa dalam menghadapi tantangan hidup. Berdasarkan isi surat ini, dapat disimpulkan bahwa Surat Al Insyirah mengajarkan umat Islam untuk selalu bersyukur, berdoa, dan berusaha dalam menghadapi tantangan hidup. Pelajaran dari Surat Al Insyirah Surat Al Insyirah mengandung banyak pelajaran bagi umat Islam. Pertama, surat ini mengajarkan tentang pentingnya bersyukur atas nikmat-nikmat yang diberikan Allah SWT. Kedua, surat ini mengajarkan tentang pentingnya berdoa dan memohon kepada Allah SWT ketika mengalami kesulitan dan kesedihan. Ketiga, surat ini mengajarkan tentang pentingnya berusaha dan tidak putus asa dalam menghadapi tantangan hidup. Keempat, Surat Al Insyirah mengajarkan tentang pentingnya melihat sisi positif dalam setiap keadaan. Allah SWT memberikan ujian dan cobaan kepada hamba-Nya bukan untuk merugikan, melainkan untuk menguji keteguhan iman dan keimanan. Oleh karena itu, sebagai umat Islam, kita harus selalu bersikap positif dan mengambil pelajaran dari setiap ujian dan cobaan yang diberikan Allah SWT. Tafsir Surat Al Insyirah Ibnu Katsir Ibnu Katsir merupakan seorang ulama besar dalam bidang tafsir Al Quran. Dalam tafsirnya tentang Surat Al Insyirah, Ibnu Katsir menyampaikan bahwa surat ini merupakan bentuk penghiburan dan kelegaan bagi Nabi Muhammad SAW yang merasa gelisah dan sedih karena tugas kenabian yang begitu besar. Selain itu, surat ini juga mengajarkan tentang pentingnya bersyukur, berdoa, dan berusaha dalam menghadapi tantangan hidup. Menurut Ibnu Katsir, ayat pertama dan kedua dalam Surat Al Insyirah mengandung makna bahwa Allah SWT telah membuka hati dan jiwa Nabi Muhammad SAW dari kesedihan dan kegelisahan. Ayat ketiga dan keempat mengajarkan tentang pentingnya bersyukur kepada Allah atas nikmat-nikmat yang diberikan-Nya, sedangkan ayat kelima dan keenam mengajarkan tentang pentingnya berdoa dan memohon kepada Allah SWT ketika mengalami kesulitan dan kesedihan. Selanjutnya, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ketujuh dan kedelapan dalam Surat Al Insyirah mengajarkan tentang pentingnya berusaha dan tidak putus asa dalam menghadapi tantangan hidup. Allah SWT tidak memberikan ujian dan cobaan kepada hamba-Nya yang tidak mampu ditanggungnya. Oleh karena itu, sebagai umat Islam, kita harus selalu bersikap positif dan mengambil pelajaran dari setiap ujian dan cobaan yang diberikan Allah SWT. Kesimpulan Surat Al Insyirah merupakan surat yang mengandung makna kebahagiaan, kelegaan, dan penghiburan bagi umat Islam. Surat ini mengajarkan tentang pentingnya bersyukur, berdoa, dan berusaha dalam menghadapi tantangan hidup. Tafsir Surat Al Insyirah Ibnu Katsir memberikan penjelasan yang lebih detail tentang makna dan pelajaran dari surat ini. Sebagai umat Islam, kita harus selalu mengambil pelajaran dari setiap ayat dalam Al Quran, termasuk Surat Al Insyirah, untuk menuntun kita dalam menjalani hidup yang lebih baik.

EnjoyQuran : Tafsir Ibnu Katsir . Tafsir Ibnu Katsir Surat Al-Hadid Tafsir ayat 28-29. Dalam keterangan terdahulu —yaitu pada riwayat Imam Nasai dari Ibnu Abbas— disebutkan bahwa Ibnu Abbas menakwilkan ayat ini dengan pengertian orang-orang yang beriman dari kalangan Ahli Kitab,
Tafsir Ibnu Katsir Surah Al InsyirahTafsir Ibnu Katsir Surah Al Insyirah dCIZ. 287 404 46 403 449 381 28 257 203

tafsir surat al insyirah ibnu katsir