Multiple Choice. Edit. Please save your changes before editing any questions. 45 seconds. 1 pt. ⢠Sutradara mampu mengeksplorasi dan menciptakan gerak sesuai dengan makna pesan yang hendak disampaikan. ⢠Memahami teori komposisi dan koreografi dasar tari serta pengaturan permainannya. ⢠Mewujudkan bahasa verbal dalam simbol gerak.
BerandaSeni Budaya 103 Teknik Pementasan Teater Tradisional dan Contohnya Teknik adalah cara, metode dan strategi untuk memudahkan kerja dalam sanggupan menyelesaikan suatu tugas. Terkait teknik dalam pementasan teater dapat dipahami sebagai suatu cara dan upaya kamu bersama temanteman satu kelas atau kelompok yang dibentuk untuk terlibat dalam mempersiapkan pementasan teater yang akan dipentaskan. Teater tradisional sebagai salah satu bentuk pementasan ditinjau dari media yang digunakannya, Sumardjo 2004 membaginya ke dalam; teater boneka dan teater manusia. Teater tradisional boneka, sebagai teater yang menggunakan alat atau media ungkapnya adalah boneka muffet, seperti; wayang golek, wayang cepak, wayang kulit, topeng, tuping, ondel-ondel, dst. Teater manusia adalah teater dalam pementasannya dominan menggunakan alat penyampai pesan ceritanya menggunakan manusia pemeran dengan totalitas tubuhnya seni peran, menari, menyanyi, berceritra, mendongeng, dst.. Contohnya; wayang wong, seni bertutur, dst. Pementasan teater tradisional yang tumbuh dan berkembang di tengah tengah masyarakat Indonesia berdasarkan media yang digunakannya, yakni teater boneka dan teater manusia mengantarkan kamu dalam memahami teknik pementasan teater. Teknik pementasan teater tradisional dapat dibedakan menjadi tiga jenis yakni 1. Teater Tutur, Teater tutur merupakan teater tradisional dengan kekhasan penyampaian cerita atau lakon yang dibawakan dengan cara mendongeng atau bercerita sambil diiringi musik atau tidak diiringi musik, misalnya; Seni Pantun dari Jawa Barat, Madihin dari Riau, Cepung dari NTB, Kentrung dari Jawa Timur, PmToh dari Aceh, dst. 2. Teater Boneka dan Teater tradisional yang tergolong dalam teater boneka, biasanya media utamanya menggunakan boneka atau tiruan dari benda atau mahluk hidup yang dijadikan alat untuk menyampaikan cerita atau lakon. Biasanya tokoh yang menghidupkan lakon dengan media boneka disebut dengan dalang. Contohnya, wayang golek, wayang kulit, wayang cepak, ondel-ondel, hudok, dst. 3. Teater Manusia. Teater manusia yakni pementasan teater tradisional atau pun non tradisional dimana manusia sebagai media utama dalam melakukan aksi seni peran di atas pentas yang dijalin oleh sebuah lakon dengan beberapa unsur artistik pentas sebagai pendukungnya. Contohnya; Mamanda Kalimantan Selatan, Randai Sumatra Barat, Lenong Betawi, Topeng Banjet, Longser, Topeng Cirebon, Uyeg dari Jawa Barat; Ludruk, Ketoprak, dari Jawa Tengah dan Jawa Timurt dan seterusnya. Ketiga jenis dalam teater tradisional ini memiliki kekhasan tersendiri, terutama dalam hal media ekspresi yang dominan digunakan. Dengan demikian, secara teknis pementasan teater tradisional yang yang tumbuh dan berkembang bersifat kedaerahan memiliki keragaman dan keunikan dalam pementasannya. Dengan keragaman jenis, bentuk dan teknik pementasan teater tradisional yang kamu ketahui. Kita patut bersyukur dikaruniai kekayaan seni teater yang tidak dimiliki bangsa lain.
- Seni Handayani dan Wildan. Pengertian seni teater merupakan suatu bentuk karangan yang berpijak di dua cabang kesenian, yaitu seni sastra serta seni pentas. - Balthazar Vallhagen. Pengertian seni teater merupakan seni drama yang melukiskan mengenai sifat serta watak manusia dengan melalui gerakan. - Moulton.
Ilustrasi seni teater. Foto pixabayAda banyak karya seni yang tersebar di Indonesia, salah satunya teater. Seni teater merupakan karya sastra yang mengandung unsur estetis di dalamnya. Unsur-unsur tersebut adalah tata musik, tata gerak, tata panggung, tata busana, tata lampu, dan seni estetis dalam seni teater dapat memberikan kesan keindahan dan kepuasan batin bagi penontonnya. Setiap teater tentu memiliki ciri khasnya sendiri yang dapat menentukan kualitas teater Indonesia, karya seni teater lebih dikenal dengan nama Teater Nusantara. Jenisnya sangat bervariasi, bergantung pada budaya masyarakat, adat istiadat, struktur geografis, dan orientasi kelompok teaternyaApa saja jenis-jenis Teater Nusantara? Agar lebih memahaminya, simak penjelasan Teater NusantaraMengutip dari buku Seni Teater karya Trisno Santoso, Teater Nusantara dibagi menjadi tiga jenis, teater tradisional, teater klasik, dan teater transisi. Di Indonesia, keberadaan teater tradisional sudah ada sejak sebelum zaman Kerajaan Hindhu. Teater ini berkembang pesat di kalangan budaya etnik suku bangsa teater tradisional hanya digunakan dalam upacara keagamaan dan ritual kebudayaan masyarakat setempat. Kemudian teater ini berkembang menjadi pementasan tanpa naskah yang dipentaskan oleh masyarakat. Proses munculnya teater tradisional di tiap daerah sangat bervariasi. Itu karena unsur pembentuk teaternya berbeda-beda, tergantung pada budaya, adat istiadat, dan norma-norma yang berlaku di masyarakat seni teater. Foto pixabayTeater klasik adalah jenis Teater Nusantara yang sifatnya sudah siap. Artinya, semuanya sudah diatur sedemikian rupa dengan pemeran yang terlatih, gedung pertunjukan yang memadai, dan alur cerita yang menarik. Jenis teater ini memiliki daya tarik tersendiri. Meskipun ceritanya statis, namun dalang mampu mengubah alur cerita menjadi kisah yang menarik. Teater klasik pertama kali lahir di wilayah kerajaan. Sehingga teater ini memiliki ciri khas kerajaan yang kental. Contoh dari teater klasik adalah wayang orang, wayang kulit, dan wayang transisi merupakan jenis teater peralihan dari bentuk tradisional ke bentuk modern. Seniman mulai memasukkan unsur-unsur teknik teater Barat ke dalam pementasannya, cerita disajikan dengan panggung dan dekorasi yang telah diatur sedemikian rupa. Penggabungan teater tradisional dengan teater barat merupakan inovasi yang mampu menciptakan pementasan unik dan menarik.
2. Bentuk Lakon. Pada dasarnya bentuk-bentuk lakon dalam seni teater dan snei drama yaitu sama yakni lakon; tragedi, komedi, tragedi komedi, dan melodrama. Lakon berbentuk tragedi, biasanya mengndung unsur sejarah perjuangan, memiliki pola kejayaan dan keruntuhan bahwa peran utama mengalami irama tragis; poima (itikad peran utama), mathema
Macam Gaya Pementasan Gaya Pementasan Gaya dapat didefinisikan sebagai corak ragam penampilan sebuah pertunjukan yang merupakan wujud ekspresi dari Cara pribadi sang pengarang lakon dalam menerjemahkan cerita kehidupan di atas pentas Konvensi atau aturan-aturan pementasan yang berlaku pada masa lakon ditulis. Konsep dasar sutradara dalam mementaskan lakon yang dipilih untuk menegaskan makna tertentu. Gaya penampilan pertunjukan teater secara mendasar dibagi ke dalam tiga gaya besar, yaitu presentasional, representasional realisme, dan post-realistic Mar Mc Tigue, 1992. Presentasional Hampir semua teater klasik menggunakan gaya ini dalam pementasannya. Gaya Presentasional memiliki ciri khas, āpertunjukan dipersembahkan khusus kepada penontonā. Bentuk-bentuk teater awal selalu menggunakan gaya ini karena memang sajian pertunjukan mereka benar-benar dipersembahkan kepada penonton. Yang termasuk dalam gaya ini adalah Teater Klasik Yunani dan Romawi Teater Timur Oriental termasuk teater tradisional Indonesia Teater abad pertengahan Commedia dellāarte, teater abad 18 Unsur-unsur gaya presentasional adalah sebagai berikut Para pemain bermain langsung di hadapan penonton. Artinya, karya seni pemeranan yang ditampilkan oleh para aktor di atas pentas benar-benar disajikan kepada khalayak penonton sehingga bentuk ekspresi wajah, gerak, wicara sengaja diperlihatkan lebih kepada penonton daripada antarpemain. Gerak para pemain diperbesar grand style, menggunakan wicara menyamping aside, dan banyak melakukan soliloki wicara seorang diri. Menggunakan bahasa puitis dalam dialog dan wicara. Representasional realisme Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi pada abad 19, bersama itu pula teknik tata lampu dan tata panggung maju pesat sehingga para seniman teater berusaha dengan keras untuk mewujudkan gambaran kehidupan di atas pentas. Perwujudan dari usaha ini melahirkan gaya yang disebut representasional atau biasa disebut realisme. Gaya ini berusaha menampilkan kehidupan secara nyata di atas pentas sehingga apa yang disaksikan oleh penonton seolah-olah bukanlah sebuah pentas teater tetapi potongan cerita kehidupan yang sesungguhnya. Para pemain beraksi seolah-olah tidak ada penonton yang menyaksikan. Tata artistik diusahakan benar-benar menyerupai situasi sesungguhnya di mana lakon itu berlangsung. Gaya realisme sangat mempesona karena berbeda sekali dengan gaya presentasional. Para penonton tak jarang ikut hanyut dalam laku cerita sehingga mereka merasakan bahwa apa yang terjadi di atas pentas adalah kejadian sesungguhnya. Unsur-unsur gaya representasional adalah sebagai berikut Aktor saling bermain di antara mereka, beranggapan seolah-olah penonton tidak ada sehingga mereka benar-benar memainkan sebuah cerita seolah-olah sebuah kenyataan. Menciptakan dinding keempat the fourth wall sebagai pembatas imajiner antara penonton dan pemain. Konvensi seperti wicara menyamping aside dan soliloki sangat dibatasi. Menggunakan bahasa sehari-hari. Gaya Post-Realistic Dalam abad 20, seniman seni teater melakukan banyak usaha untuk membebaskan seni teater dari batasan-batasan konvensi tertentu presentasional dan representasional dan berusaha memperluas cakrawala kreativitas baik dari sisi penulisan lakon maupun penyutradaraan. Gaya ini membawa semangat untuk melawan atau mengubah gaya realisme yang telah menjadi konvensi pada masa itu. Setiap seniman memiliki caranya tersendiri dalam mengungkapkan rasa, gagasan, dan kreasi artistiknya. Banyak percobaan dilakukan sehingga pada masa tahun 1950-1970 di Eropa dan Amerika gaya ini dikenal sebagai gaya teater eksperimen. Meskipun pada saat ini banyak teater yang hadir dengan gaya realisme tetapi kecenderungan untuk melahirkan gaya baru masih saja lahir dari tangan-tangan kreatif pekerja seni teater. Banyak gaya yang dapat digolongkan dalam post-realistic, beberapa di antaranya sangat berpengaruh dan banyak di antaranya yang tidak mampu bertahan lama. Unsur-unsur gaya post-realistic di antaranya, adalah Mengkombinasikan antara unsur presentasional dan representasional. Menghilangkan dinding keempat the fourth wall, dan terkadang berbicara langsung atau kontak dengan penonton. Bahasa formal, sehari-hari, puitis digabungkan dengan beberapa idiom baru atau dengan bahasa slank. Source Eko Santosa, Seni Teater, Jakarta, 2008 Share
6. Latihan. Langkah terakhir dalam merencanakan sebuah pementasan teater adalah latihan. Sutradara memiliki tugas untuk membimbing para aktor selama proses latihan berlangsung. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, sutradara harus mampu mengatur para aktornya dimulai dari proses membaca naskah sampai materi pentas benar-benar siap untuk
Sebutkan bentuk-bentuk pementasan seni teater!JawabBentuk pementasan atau bentuk panggung pada seni teater yaitu sebagai biasa panggung prosenium.Panggung lupa komentar & sarannyaEmail nanangnurulhidayat
1 Mencitrakan keindahan penampilan. Tata busana dalam teater berfungsi sebagai bentuk ekspresi untuk tampil lebih indah dari penampilan sehari- hari. Pementasan teater adalah suatu tontonan yang mengandung aspek keindahan. Busana pementesan teater dibuat secara khusus dan dilengkapi dengan asesoris sesuai kebutuhan pemensan.
Suatu pementasan seni, termasuk pementasan teater memiliki persyaratan. Persyaratan dimaksud sebagai unsur penting dalam terselenggaranya pementasan teater. Tanpa adanya persyaratan tersebut, pementasan seni atau peristiwa seni tidak akan terwujud. Unsur penting tersebut meliputi unsur; panitia pementasan, materi pementasan, penonton dan tempat pementasan. 1. Unsur Panitia Pementasan. Panitia adalah sekelompok orang-orang yang membentuk suatu organisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini, organisasi yang dibentuk dengan sistem organisasi panitia. Sistem organisasi panitia dalam pementasan seni, termasuk pementasan teater sangat cocok untuk diterapkan dalam pembelajaran organisasi pementasan. Karena pembentukan organisasi dengan sistem panitia memiliki kemudahan, yakni mudah dibentuk dan mudah pula untuk dibubarkan tanpa adanya ikatan kerja yang rumit. Organisasi dalam sistem panitia ini, menempatkan pimpinannya bersifat kolegial atau dewan, artinya terdiri dari beberapa orang. Segala keputusan diambil dan dipertanggungjawabkan secara bersama-sama dengan waktu pementasan bersifat praktis. Artinya panitia dapat dengan cepat dibentuk dan dibubarkan setelah kegiatan berakhir. Panitia pementasan memiliki dua wilayah kerja penting, yakni adanya panitia artistik atau pelaku atau kreator seni dibawah pimpinan seorang Sutradara art director dan panitia non artistik atau penggiat seni dipimpin oleh seorang Pimpinan Produksi yang dipilih dan diangkat atas musyawarah kelas atau teman dalam kelompok yang dibentuk. Kehadiran panitia dalam pementasan teater tradisional, karena sifat seninya sebagai hasil kolektif masyarakat pendukungnya yang merakyat, sederhana, apa adanya, bersahaja, akrab tanpa jarak penonton dst. teater rakyat dan sifat seni yang mengejar estetika yang tinggi dan adiluhung yang nampak pada teater istana. Dengan cara pandang pengelolaaan dan hadirnya beberapa orang sebagai panitia artistik dan non artistik menempatkan menjadi ciri pembeda antara teater rakyat dan teater istana. 2. Unsur Materi Pementasan. Teater Syarat kedua sebagai unsur penting di dalam pementasan adalah wujud, benda, materi atau bentuk ungkap pementasan seni yang mengandung nilaiā nilai kehidupan, diciptakan oleh seniman, kreator atau kamu sendiri secara sadar melalui medium seni tertentu di atas pentas. Materi pementasan yang dimaksud adalah wujud karya teater yang dibangun melalui proses kreatif seniman atau komunal masyarakat melalui tahapan dengan menggunakan medium tertentu bersifat kolektif bekerja bersama dengan tanggungjawab secara bersama kolaborasi dan memiliki fungsi tertentu pula bagi penontonnya atau masyarakat. Fungsi seni yang dimasud, apakah untuk hiburan semata atau memiliki fungsi lain terkait kegiatan adat dan upacara. Unsur penting berikutnya di dalam pementasan teater adalah hadirnya penonton. 3. Unsur Penonton. Penonton merupakan syarat ketiga dalam sebuah pementasan teater. Penonton adalah orang-orang atau sekelompok manusia yang sengaja datang untuk menyaksikan tontonan. Penonton dapat juga dikatakan sebagai apresiator, penikmat, penilai, terhadap materi seni seni teater yang dipentaskan. Oleh karena itu, kehadiran penonton dalam suatu pementasan adalah bersifat mutlak. Tanpa penonton, pementasan teater adalah kesia-siaan atau kegiatan mubazir. Karena pementasan teater membutuhkan suatu penilaian, masukan, penghargaan atau kritikan dari orang lain dalam rangka menciptakan peristiwa seni yang lebih baik dan bermutu. Menonton adalah sikap menerima, menghargai dan sekaligus mengkritisi pesan estetis dan pesan moral nilai-nilai kehidupan yang disampaikan melalui pementasan. Penilaian terhadap pementasan seni untuk setiap penonton sangatlah berbeda dan bersifat relative. Oleh karena itu, berpijak pada keragaman latarbelakang penonton dan pengalaman seni, penonton dalam hubungan pementasan teater dapat dibedakan dalam tiga golongan, yaitu a. Penonton awam adalah penonton sebagai penikmat seni dengan kecenderungan kurang atau tidak dibekali dengan pengetahuan dan pengalaman seni. Dalam hal ini, penonton yang demikian adalah penonton yang membutuhkan hiburan. Artinya, tontonan berfungsi sebagai hiburan semata. b. Penonton tanggap adalah penonton yang memiliki sikap responsif dengan kecenderungan memiliki wawasan dan pengalaman seni, tetapi tidak ditindaklanjuti untuk mengulas terhadap apa yang ditontonnya cukup untuk dipahami dan dinikmati sendiri. Penggolongan penonton tanggap, biasanya penonton yang hidup di tengah-tengah masyarakat pendukung seni tradisional dan terlibat didalamnya atau penonton lain, seperti pelajar atau mahasiswa seni pertunjukan tetapi belum berani melakukan ulasan kritis terhadap pementasan yang ditontonnya. c. Penonton kritis, adalah penonton dengan bekal keilmuan dan pengalaman seni kemudian melakukan ulasan atau menulis kritik pementasan dan dipublikasikan dalam forum ilmiah, diskusi sampai media cetak dan elektronik. Dalam hal ini, biasanya penonton dibekali dengan kemampuan jurnalistik seperti mahasiswa dan penonton umum yang sudah terbiasa dengan tulis menulis. 4. Unsur Tempat Tempat sebagai unsur dalam pementasan teater menjadi hal yang perlu untuk diperhatikan. Mengapa demikian? Tempat pementasan sebagai tempat berlangsungnya pementasan dapat dilakukan di dalam Indoor dan di luar gedung pementasan Outdoor. Jenis pentas sebagai tempat pementasan pada dasarnya dapat dibedakan antara lain sebagai berikut. a. Pentas arena, pentas yang dapat dilihat dari semua arah penonton, biasanya digunakan dalam pementasan teater tradisional rakyat. Pentas arena dapat dicontohkan dengan beberapa bentuk pentas, antara lain; di ruang pendopo, di lapangan terbuka, di alun-alun, di tegalan sawah, di pinggir jalan, di pasar, di halaman rumah, dst. b. Pentas proscenium, atau disebut panggung di dalam gedung, yakni penonton hanya dapat menikmati dari arah depan adanya jarak penonton dan tontonan biasanya pementasan teater modern. c. Pentas campuran merupakan bentuk-bentuk panggung perpaduan antara panggung arena dan panggung proscenium, misalnya; Panggung bentuk L, U, I, Segi enam, segi lima atau setengah lingkaran. Biasanya panggung semacam ini dipergunakan dalam kepentingan showbiz, catwork modeling.
Pementasan teater terbagi menjadi dua macam, yakni teater tradisional dan teater modern. Seni yang dihasilkan merupakan bentuk pemikiran bersama dan melibatkan banyak pihak. Misalnya, awak pendukung pentas. Menurut Purnomo dan Yandra, manajemen dalam seni pertunjukan adalah rangkaian tindakan yang dilakukan oleh seorang pengelola seni
Teater adalah kisah hidup dan kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, disaksikan orang banyak dan didasarkan pada naskah yang tertulis. Konsep kekaryaan teater adalah segugusan ide-ide atau gagasan-gagasan tentang karya teater yang akan dibuat dan dipergelarkan. Konsep kekaryaan teater akan dapat dikomunikasikan pada penonton manakala didukung oleh teknik pengungkapan gagasan baik melalui bahasa ungkap verbal, visual, maupun audio. Konsep dan teknik dikelola secara khas dalam proses produksi teater. Secara umum teknik penciptaan teater terdiri dari naskah atau lakon, pentas atau panggung, pemain, sutradara, dan properti. 1. Naskah atau Lakon Naskah atau lakon adalah sumber ide untuk membentuk sebuah karakter bagi seorang pemain teater. Naskah atau lakon atau cerita yang akan digarap menjadi sebuah pergelaran teater. Lakon atau naskah adalah materi yang dijadikan bahan pementasan. Tanpa lakon, tidak ada yang ingin dipentaskan atau ingin digarap melalui media teater. Di samping harus menyediakan lakon, juga memilih bentuk serta jenis lakon yang sesuai dengan kemampuan para pendukung teater. Lakon mutlak harus dipahami dulu oleh penggarap teater sebelum nantinya secara otomatis penonton pun ikut paham. Dengan memahami lakon akan cepat mendapatkan ide-ide untuk sebuah garapan pertunjukan. Di dalam lakon terdapat tema atau dapat disebut inti cerita yang merupakan pesan pengarang yang ingin disampaikan kepada penonton. Ada lakon yang terdiri dari beberapa tema multitematik dan ada lakon yang hanya terdiri dari satu tema monotematik. Begitu juga dalam pembabakannya dan pengadegannya, ada yang beberapa babak, ada yang hanya satu babak dan beberapa adegan. Lakon atau Naskah adalah bahan baku untuk membuat sebuah garapan Teater. 2. Pentas atau Panggung Pentas atau panggung merupakan tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan pertunjukan teater. Panggung atau pentas ditata oleh seorang seniman penata sebelum dipergunakan untuk pertunjukan. Karya seni dimaksud disebut Tata Pentas, sedangkan orang yang menatanya disebut Penata Pentas. Pentas pada dasarnya adalah karya seni yang ikut menjelaskan gagasan-gagasan yang terdapat dalam ceritera dalam bentuk visual bisa dilihat. Dilihat dari bentuk fisiknya, pentas atau panggung tempat pertunjukan di Indonesia pada garis besarnya ada dua. Bentuk prosenium yang disebut juga Teater Prosenium. Ciri-cirinya adalah bahwa bentuk pentas ini senantiasa terdapat jarak antara tempat permainan dengan tempat penonton. Jarak tersebut nampak pada ketinggian tempat permainan panggung dengan tempat penonton tidak sama. Tempat permainan biasanya lebih tinggi atau lebih rendah dari tempat penonton. Biasanya antara tempat permainan dengan tempat penonton dibatasi oleh layar penutup. Layar ini berfungsi sebagai tanda dimulainya pertunjukan dengan cara dibuka, serta tanda pertunjukan berakhir dengan cara ditutup. Bentuk fisik pentas prosenium banyak terdapat di gedung-gedung pertunjukan yang biasanya di kota-kota besar. Pentas Arena atau Teater Arena. Bentuk pentas ini berbeda dengan bentuk pentas prosenium. Pentas Arena merupakan tempat terbuka, tidak ada dinding penyekat, serta tidak ada perbedaan ketinggian lantai yang dipergunakan untuk permainan dengan lantai untuk tempat penonton. Bentuknya biasanya tapal kuda atau lingkaran. Antara pemain dengan penonton tidak terdapat jarak. Penonton dapat berkomunikasi langsung dengan pemain atau sebaliknya. Bentuk teater ini biasanya dipergunakan untuk pentas Teater Rakyat atau Teater Tradisional. 3. Pemain Pemain adalah orang-orang yang tergabung dalam sebuah tim kerja untuk memproduksi karya pertunjukan. Ada pemain yang muncul di atas panggung disebut pemeran dan ada pemain yang berada di belakang layar. Walaupun tidak muncul di atas panggung, namun mereka sama-sama memiliki peran penting dalam pertunjukan. Contohnya sutradara, penata pentas, penata musik, penata tari, serta penata-penata lainnya. Mereka ini biasanya tidak menjadi pemeran tokoh yang harus muncul di atas panggung. Pemain merupakan unsur teater yang sangat penting dalam garapan teater. Sebab kekuatan pentas yang utama berada di tangan para pemain. Jika para pemain gagal mewujudkan kekuatan tadi, maka gagalah pertunjukan tersebut. Pemain adalah orang-orang aktor atau aktris yang menafsirkan karakteristik tokoh-tokoh ceritera dengan bimbingan sutradara. 4. Sutradara Sutradara adalah orang yang memimpin dan mengatur sebuah teknik pembuatan atau pementasan teater. Dia adalah seniman penafsir pertama terhadap naskah yang akan dipentaskan. Gagasan-gagasannya kemudian disosialisasikan kepada calon-calon pemain atau calon-calon penata. Dalam karya cipta teater, kehadiran sutradara sangat penting. Dapat dikatakan jika tidak ada sutradara, maka tidak ada gagasan untuk mementaskan teater atau drama. Fungsi sutradara dalam karya cipta teater adalah penggagas pertama dalam mewujudkan karya pertunjukan, penafsir pertama terhadap naskah yang akan digarap, serta koordinator dalam melaksanakan kerja kolektif. Setelah memahami naskah, melalui analisis peran-peran tokoh yang terdapat dalam naskah, tempat dan waktu peristiwa, maka sutradara akan menghimpun orang-orang yang berminat untuk diajak kerjasama dalam produksi teater. Tugas utama seorang sutradara sutradara adalah mengatur laku. Tugas tersebut adalah merupakan tugas pokok bagi seorang sutradara, karena melalui para pemainlah gagasan-gagasan sutradara bisa dikomunikasikan langsung kepada penonton. 5. Properti Properti merupakan perlengkapan yang diperlukan dalam pementasan teater. Properti sangat penting untuk menunjang pertunjukan suatu teater. Dalam permainan Teater, di samping mengoptimalkan kemampuan para pemeran di bidang akting, juga dibantu oleh perlengkapan lain untuk membantu menjelaskan maksud yang terkandung dalam naskah. Perlengkapan tersebut bisa berupa benda-benda yang dihadirkan di atas panggung, atau juga benda-benda yang dipegang oleh para aktris dan aktor untuk mendukung permainannya. Properti yang diletakan di atas pentas untuk kebutuhan pementasan disebut stage prop perlengkapan panggung, sedangkan yang dipegang atau dibawa oleh aktor dan aktris diebut hand prop. Ketepatan dalam menghadirkan benda-benda, baik di atas pentas maupun dimainkan oleh tokoh dengan tema lakon yang disajikan akan menambah kualitas permainan. Jika tidak tepat maka sebaliknya properti hanya akan jadi benda mati yang mengganggu permainan.
xa4SmOC. 341 63 143 42 390 245 356 304 187
sebutkan bentuk bentuk pementasan seni teater